Jihadis Daring

27 Oktober 2022

Penulis: Gus Soffa Ihsan


Jakarta. Kelompok ekstrimis di Indonesia punya sejarah panjang jihadisme online. Mereka tampaknya tak pernah kekurangan akses ke internet. Pertumbuhan internet di Indonesia secara garis besar berjalan beriringan dengan evolusi gerakan jihad di Indonesia. Kelompok-kelompok jihadis bergantung pada berbagai milis untuk memperkuat identitas kelompok dan menyebarluaskan materi.


Jihad Tehno


Di masa lalu, kelompok-kelompok ekstrimis sudah terlibat dalam upaya penggalangan dana online, hacking dan penipuan kartu kredit. Mereka mencoba melakukan sabotase terhadap situs-situs pemerintah. Mereka juga mengamaliyahkan pelatihan virtual seperti perakitan bom. Contoh belajar bom dari internet yaitu pemboman di masjid Polres Cirebon 2011, yang nyaris berhasil.


Jamaah Islamiyah mulai melakukan serangkaian serangan di Indonesia pada tahun 1999-2000 sebagai respon terhadap meledaknya konfik di Ambon dan Poso, persis pada saat berbagai pihak dalam konflik-konflik tersebut mulai memanfaatkan internet untuk kebutuhan berita, propaganda dan komunikasi. Mulai 1999 sampai 2003, gerakan jihadis didominasi oleh JI, yang mencapai puncaknya pada peristiwa bom Bali 2002. Anggota JI, Imam Samudra mengelu-elukan pemanfaatan internet baik sebelum maupun setelah dirinya ditangkap, sebagai sebuah mekanisme untuk menjangkau khalayak, berkomunikasi, menggalang dana dan melancarkan cyber-jihad.


Periode 2004-2009 didominasi oleh bom-bom bergaya al-Qaeda oleh Noordin Top yang meniru gaya dan tujuan Abu Musab al-Zarqawi, pendiri Negara Islam di Irak, organisasi yang melahirkan ISIS. Secara terpisah, JI membangun basisnya di Poso, Sulawesi Tengah, yang lalu dibubarkan oleh polisi.


Berbagai penangkapan dan perbedaan ideologi memicu perpecahan di dalam komunitas jihad. Ini bisa dilihat dengan munculnya Jamaah Ansharul Tauhid (JAT) pada 2008. Pada periode ini, milis-milis digantikan oleh obrolan melalui layanan relai internet (MIRC), lalu berkembang menjadi berbagai forum obrolan dan layanan pesan. Blog jihadis yang terkait dengan berbagai situs dan media cetak pun berkembang dengan cepat. Segelintir ekstrimis Indonesia mencoba bergabung dengan jihad global dengan cara membangun komunikasi melalui Global Islamic Media Front (GIMF) milik al-Qaeda. Keterampilan komputer sudah banyak dimanfaatkan untuk layanan indoktrinasi dan juga rekrutmen.

Periode 2010-2013 diawali dengan pembubaran kamp pelatihan teroris di Jantho Aceh. Hal ini mempertajam perpecahan di kalangan jihadis dan memicu kebangkitan sel-sel otonom, dimana anggota-anggotanya kebanyakan tidak terlatih dengan baik dan tidak kompeten. Satu kasus hacking spektakuler untuk menggalang dana justru menggarisbawahi betapa langkanya hal-hal semacam ini bisa terjadi. Jelas bahwa adanya segelintir spesialis komputer yang relatif terlatih tidak bisa mengatasi absennya kepimpinan kuat, keterampilan perang, atau strategi dalam berorganisasi IPAC; 2015).


Kegagalan di Aceh juga mengarah pada kebangkitan sebuah kelompok kecil bersenjata di Poso, yang lahir dari sisa-sisa struktur JI. Penggunaan media sosial meroket pada periode ini, terutama Facebook dan Twitter, seiring dengan pemanfaatan telpon genggam pintar, sehingga pemanfaatan warnet menjadi tidak sepenting dahulu. Meledaknya konflik di Suriah, memunculkan kehausan baru untuk berita-berita internasional yang dicoba dipenuhi oleh situs-situs jihad.


Perkembangan teknologi komunikasi dan peningkatan penetrasi penggunaan internet dan media sosial di Indonesia memudahkan bagi kelompok ekstrimisme untuk berkomunikasi. Ada ratusan ribu percakapan privat antar pengguna akun Facebook dan Twitter disamping percakapan lintas regional dan internasional melalui WhatsApp maupun layanan-layanan serupa.


Ngaji Online dan Relay Chatting


Kelompok jihadis yang ingin mengeksplorasi potensi internet secara lebih sistematis, mereka membutuhkan sejumlah spesialis komputer. Imam Samudra telah merekrut beberapa sebelum bom Bali, dan mereka terus bekerja untuknya setelah peristiwa tersebut, dengan memanfaatkan lemahnya keamanan di penjara Kerobokan, Bali. Diantaranya mereka mengembangkan pengajian online. Kelompok pengajian seperti ini adalah kendaraan standar buat perekrutmen anggota kelompok ekstrimis. Pun pengajian online dapat menghilangkan keterbatasan geografis dan memperluas jangkauan.


Para pengikut Imam Samudra lalu membangun pengajian lewat MIRC, sebuah protokol obrolan internet yang mendorong terjadinya obrolan ringan. Obrolan semacam ini memungkinkan pihak yang mengobrol saling mengenal pihak-pihak lain. MIRC yang paling populer di kalangan kelompok ekstrimis adalah #cafeislam dan @ahlussunnah. Saat itu, Nurul Azmi, satu dari sedikit perempuan yang ditangkap dalam kasus terorisme.

Imam Samudra sendiri bergabung dalam diskusi #cafeislam, berkat laptop yang diselundupkan ke penjara oleh seorang penjaga yang bersimpati. Ia menggunakan nama irhaby. Melalui diskusi-diskusi seperti ini beberapa individu dari luar JI yang telah aktif secara terpisah dalam diskusi-diskusi online tentang jihad ikut masuk ke dalam jaringan perkawanan dengan Imam Samudra. Salah satu dari mereka adalah Tuan Febriwansyah alias Muhammad Fachry, mantan aktivis Hizbut Tahrir yang bergabung dengah organisasi ekstrimis yang berbasis di Inggris, yaitu al-Muhajirun pada 2005 setelah mendengarkan ceramah online dari Omar Bakri Muhammad, pendiri kelompok tersebut.


Salah seorang yang bergabung dengan pengajian MIRC adalah Agung Prabowo, mahasiswa asal Semarang, yang terkenal berhasil meretas berbagai internet banking untuk mendanai studinya dan membuka warnet. Agung merancang situs yang kemudian dikenal dengan nama Anshar al-Muslimin.


Sepanjang 2013 dan 2014, www.al-mustaqbal.net merupakan situs pro-ISIS terkemuka di Indonesia. Situs ini lahir sebagai buntut perpecahan antara Jibril dan M. Fachry, yang saat itu juga menjabat sebagai Amir al-Mujahirun di Indonesia. Faktor utama dari perpecahan tersebut adalah alasan ideologis, tentang apakah aparat keamanan seperti TNI dan polisi dapat dianggap sebagai kafir, akibat afiliasi institusi mereka, atau apakah tiap kasus individu harus dipertimbangkan secara terpisah. Fachry, yang mendukung interpretasi pertama, memutuskan untuk meninggalkan Arrahmah pada 2012. Konten al-Mustaqbal kebanyakan berupa daur ulang dari situs-situs jihad lainnya yang punya ideologi serupa, atau kompilasi dari berbagai berita dengan beberapa tambahan kalimat di sana sini. Ia sering mengambil materi dari situs milik Aman Abdurrahman, www.millahibrahim.wordpress.com (IPAC;2015).


Kelompok ekstrimis Indonesia memang tidak banyak mencoba hacking apalagi berhasil. Satu pengecualian adalah Cahya Fitriyanta. Cahya merupakan mahasiswa IT dari Institut Teknologi Surabaya pada saat ia pertama kali bertemu dengan Imam Samudra melalui chatting MIRC. Pada 2011, ia bekerja dengan kelompok di Medan yang ingin menggalang dana untuk Santoso di Poso. Cahya berhasil meretas dan mentransfer sejumlah uang ke sebuah rekening yang ia buka di cabang Bank Central Asia setempat. Besarnya penipuan tersebut mampu membantu Santoso di Poso.


Cahya adalah satu dari napi teroris di Indonesia yang teradikalisasi melalui internet. Ia tertarik pada situs-situs seperti unjustmedia.com, inshallahshaheed.wordpress.com, qoqaz.com dan ekhlaas.net.

Dalam periode sebelum ISIS ini terdapat satu kasus hacking yang berhasil, terdapat juga satu kasus dimana satu kelompok berhasil bergabung melalui pertemanan di Facebook. Apabila ada kelompok yang menggunakan Facebook untuk melakukan rekrutmen, dapat berarti bahwa orang-orang yang tertarik sebenarnya tidak punya kontak yang baik dengan komunitas ekstrimis dan karena itu, tidak memiliki pengalaman praktis maupun komitmen ideologis yang kuat (IPAC; 2015). Kelompok yang menjadi sorotan ini dipimpin oleh Abu Hanifah, yang ditangkap pada 2013 akibat sebuah plot untuk membom kedutaan besar Amerika Serikat. Rencana tersebut berhasil digagalkan jauh sebelum matang.

Miko Yosiko, adalah potret calon pelaku jihad yang ikut berpartisipasi baik dalam Forum atTawbah dan Forum al-Busyro. Ia telah bergabung dengan faksi DI/NII pada umur 20 tahun. Ia kecewa lalu mencari peluang lain untuk jihad. Akhirnya, ia menghabiskan semakin banyak waktu di Facebook, bertemu dengan orang-orang sepemikiran melalui nama-nama Facebook seperti Kalasnikov al-Jawi dan Jannaholic Hellphobia. Beberapa dari orang-orang tersebut berujung gabung sebagai calon pelaku pemboman.


Tak ayal, penggunaan media sosial telah meningkatkan kemungkinan untuk menemukan kontak-kontak idiologis. Salah satu contoh adalah seorang polisi, Syahputra alias Abu Azzayn, dari Jambi yang berangkat ke Suriah pada Maret 2014.

Para pendukung ISIS dulunya bergabung dalam Fan Page di Facebook untuk mendukung ISIS, melalui laman-laman seperti Khabar Dunia Islam, Khilafah Dawla Islamyah, Para Pendukung Khilafah, We Are All Islamic State dan lainnya. Karena laman-laman tersebut secara terbuka mengadvokasikan kekerasan, kebanyakan ditutup oleh Facebook. Banyak laman tersebut dikelola oleh para administrator dari Kabar Dunia Islam (KDI), sayap media pendukung ISIS di Indonesia. Kebanyakan dari mereka adalah pengikut Aman Abdurrahman. Mereka juga mengelola situs kdiofficial.blogspot.com. Laman-laman Facebook mengambil berita dari situs KDI dan menambahkan materi dari Waislam, Shoutssalam.com (situs cermin ISIS) dan alMustaqbal. Para administrator tersebut ada baik di Suriah maupun di Indonesia. Salah satunya adalah Siti Khadijah alias Ummu Sabrina yang pada 2014 berangkat bersama suaminya, Abu Qaqa.


Pada 2015, kelompok warga Indonesia yang telah ber baiat kepada ISIS memutuskan untuk membentuk organisasi payung yang dinamakan Ansharud Daulah Islamiyah. Diantaranya, mereka berniat untuk membangun wilayat Asia Tenggara. Untuk alasan keamanan, mereka membentuk kelompok chatting menggunakan WhatsApp bernama Junud Daulah Islamiyah dengan sekitar 100 anggota, yang dimoderasi oleh Slamet Pilih Utomo, seorang napi teroris yang menjalani hukuman penjara enam tahun di Lapas Cirebon. Ia mantan anggota JI dari Solo, yang beralih ke kelompok lebih militan dan ditangkap pada 2013 karena mengajarkan perakitan bom kepada para anggotanya.


Telegram telah menjadi salah satu layanan favorit karena terenkripsi dan memungkinkan untuk memiliki anggota dua kali lipat dibandingkan dengan WhatsApp. Misalnya forum diskusi Wa Aiddu, menjadi forum buat menyiapkan orang-orang yang berniat untuk bergabung dengan pasukan ISIS. Sedikitnya 10 forum diskusi para pendukung ISIS di Indonesia di Telegram yang teridentifikasi. Namun, mungkin masih banyak lagi yang belum teridentifikasi yang digunakan untuk berbagai tujuan seperti berbagi berita, kelompok pengajian, chatting pribadi, tips hijrah, dan kesempatan bisnis di dunia maya.


Muncul sosok Ibadurrahman alias Ibad yang mendapat instruksi dari Bahru Naim lewat Facebook. Ia juga menginstruksi melalui Telegram tentang bagaimana mencampur bahan-bahan peledak, itu ia lakukan karena keahlian Ibad dalam pembuatan bom. Idenya adalah begitu bom-bom tersebut dibuat, tim siap melangsungkan tiga serangan, yaitu satu ke gereja, sebagai upaya balas dendam terhadap pembakaran masjid di Tolikara, Papua pada Juli 2015; satu ke vihara Tionghoa, sebagai upaya balas dendam terhadap serangan kaum Buddhis terhadap kaum Muslim di Myanmar; dan satu ke polisi, sebagai upaya balas dendam terhadap penangkapan para pendukung ISIS. Semuanya direncanakan akan dilakukan pada hari kemerdekaan Indonesia. Polisi berhasil mengendus plot tersebut, Ibad dan dua orang lainnya lalu diringkus.


Demikianlah, aspek paling penting dari pemanfaatan media dan internet oleh kelompok ekstrimisme adalah seputar metode distribusi awal dan peranan para pendukung yang bisa tanpa afiliasi untuk menyebarluaskan konten secara lebih luas. Keterlibatan para individu pengguna media sosial sebagai pelaku propaganda berarti bahwa senyampang menurunnya situs-situs dan laman-laman penggemar, ketersediaan propaganda ekstrimisme di Indonesia dapat ditengara mengalami peningkatan. Penggunaan teknologi tingkat tinggi tetap menjadi andalan untuk penguatan ekstrimisme.


Penulis adalah Direktur Lembaga Daulat Bangsa (LDB) dan Marbot Rumah Daulat Buku (Rudalku)

(Sumber)